tag:blogger.com,1999:blog-51180368300156544732023-11-16T18:27:31.892+07:00Humor SantriKumpulan cerita humor yang beredar di kalangan santri Unknownnoreply@blogger.comBlogger47125tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-39203623561526169172013-12-07T15:22:00.000+07:002013-12-07T15:22:44.607+07:00Kisah Tiga Santri Mengunjungi New York<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Tiga orang santri yang bersahabat karib, mengunjungi salah satu kota paling masyhur di dunia. New York. Kota yang menyambut mereka dengan segala kemegahan dan riuh-rendahnya. Mereka memutuskan untuk menginap di hotel terbaik dan mendapatkan kamar di lantai enam puluh sebuah gedung pencakar langit yang tingginya “Masya Alloh...!”<br />
<br />
Kebijakan hotel sangat tegas. Setiap tamu disarankan pulang sebelum tengah malam, karena lift dimatikan pada pukul 24.00. Itulah pemberitahuan yang mereka terima persis sebelum ‘hang out’. Mereka berniat menelusuri keindahan kota besar yang sebelumnya hanya ada dalam angan-angan.<br />
<br />
Acara jalan-jalan ternyata sangat mengasyikkan. Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa oleh para santri yang mendadak sontak jatuh cinta pada keindahan kota. Mereka mengunjungi berbagai tempat hingga lewat tengah malam. Tiba di hotel, mereka harus menerima kenyataan, lift sudah dimatikan.<br />
<br />
“Tak apa, Akhi, kita lewat tangga yang tersedia saja,” kata salah satunya menenangkan, “pada dua puluh lantai pertama biar kuceritakan kisah-kisah lucu dan jenaka!” Kedua sahabatnya tersenyum tanda setuju. “Betul, Akhi, kita ikhlaskan saja,” timpal sahabatnya, “dan di dua puluh lantai berikutnya akan kuceritakan kisah-kisah hikmah.” Kedua karibnya mengangguk-angguk. “Kalau begitu, di dua puluh lantai terakhir, akan kuceritakan kisah-kisah sedih dan muhasabah, Saudara-saudaraku….” santri terakhir mengambil bagiannya.<br />
<br />
Mereka memulai dua puluh lantai pertama pendakian dengan gembira. Kisah-kisah lucu menjadi penghibur yang memancing tawa, mengurangi beban akibat mulai membanjirnya keringat dan rasa pegal yang melanda. Di dua puluh lantai berikutnya mereka mendapatkan banyak hal dan hikmah kehidupan. Susah payah, akhirnya mereka akan mulai menapaki dua puluh lantai terakhir.<br />
<br />
“Akan kumulai… hhh… kisah sedihku, dengan...,” kata santri yang mengambil giliran terakhir bercerita, “aku lupa..., kunci kamar kita tadi ketinggalan di mobil….”<br />
<br />
<blockquote>Dua puluh tahun pertama kehidupan, kita lalui dengan tawa dan ceria, menikmati semua yang ada di luar sana. Dua puluh tahun berikutnya kita harus bijak mengambil hikmah kehidupan, kala berkutat dengan kerja, rumah tangga, dan anak-anak. Dua puluh tahun berikutnya lagi, kita mulai menemukan uban dan berpikir tentang “akhir dari semua ini”. Alangkah lebih baiknya, jika kita memulai perjalanan dengan mengingat bahwa semua ini akan berakhir, dan tidak menangguhkan ketaatan kepada-Nya di masa-masa akhir, ketika sebagian dari kita tidak punya energi untuk melakukannya.</blockquote><br />
<span style="font-size: small;"><i>Tulisan ini diterjemahkan bebas oleh @yoezka, dari laman islamcan.com</i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-57437617953757882202013-02-13T16:39:00.002+07:002022-11-03T17:35:38.662+07:00Inilah Foto Yang Selalu Membuat K.H. Arifin Ilham TersenyumSiapa yang tak kenal K.H. Muhammad Arifin Ilham? Ustadz terkenal yang memiliki banyak sahabat tersebut beberapa waktu yang lalu membagi sebuah foto unik lewat <a href="https://www.facebook.com/kh.muhammad.arifin.ilham">fanpage-nya di facebook</a>. Foto yang dilengkapi keterangan berupa cerita singkat tersebut tidak hanya lucu dan mengundang senyum, bahkan tawa, tetapi juga sarat dengan pesan moral tentang persahabatan.<br />
<br />
Mungkin sahabat Humor Santri sudah melihatnya sendiri di fp beliau, tetapi tak ada salahnya dibagikan ulang disini. Semoga membawa manfaat dan hikmah bagi kita semua. Berikut ini foto dan kisahnya:<br />
<br />
<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5118036830015654473"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUCGG5kwI0oYWltucP1eDgOWUMBvqXRU919axOBze4abGTLbLQb5i5za60prF1putPHBcDkIOMv5WRfSnjBzlv-Fvzwcp2o2OecMGUiDIeGHlo2d427wcnk1-FLoPOOEFPxBoMXDyGOD6F/s640/arifin+ilham+dan+bang+haji+wawan.jpg" width="640" /></a><br />
<br />
<blockquote>
Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu. SubhanAllah sahabatku, aku selalu senyum ingat kisah foto ini. Bersama sahabat sholehku Bang Haji Wawan kami berda'wah di kampung Garut. Kami sempatkan seusai da'wah oleh raga sampan kecil. Aku & beliau sama sama ngga bisa menggunakannya tetapi kami pede saja, "masa cuma mendayung doang ngga bisa" fikir kami. <br />
<br />
Astagfirullah ternyata baru coba menaikinya sudah buyar. Bang haji Wawan yang duluan menaikinya oleng, cepat kutahan dengan dayung agar seimbang. Kurang lebih 5 menit pertahananku tidak berhasil, akhirnya byuuuuur tubuh beliau yang gemuk itu jatuh ke danau kecil itu. Alhamdulillahnya beliau sangat mahir berenang. <br />
<br />
Tanpa kami sadari kawan kawan kami tercinta menyaksikan kami. Cepret cepret cepret, kamera sahabat Meldy merekamnya... jadilah kenangan indah. Setiap kami melihat foto ini kami selalu senyum bersama. Aku sangat sayang beliau & para sahabatku krn Allah. Juga kalian sahabat FBku. <br />
<br />
Sungguh diantara kebahagiaan hidup ini adalah "ijtamaa alaihi wa tafarroqo alaihi" bertemu krn Alllah, berpisah krn Allah krn SALING CINTA krn ALLAH. <br />
<br />
"Maafkan Arifin ya Bang Haji..."</blockquote>
<br />
Demikian kisah foto yang selalu membuat KH. Muhammad Arifin Ilham tersenyum. Melihat fotonya saja kita ikut tersenyum, tetapi lebih dari itu, taushiyah beliau memberi makna yang lebih dalam dan penuh hikmah. <br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber foto: <a href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10151506253424739&set=a.435861909738.221420.56922759738&type=1&theater">fanpage KH. Muhammad Arifin Ilham</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-6308225351678887452013-01-24T07:05:00.001+07:002013-01-24T07:05:13.468+07:00Tahukah Kalian Apa Yang Akan Kukatakan?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU7AM0O8N_PFwMZNc1D37p-0E9yYXXVUNOVuiAU8KHNlNLLtvNuc7DnaEgPH8PKk7wvFBRjrJFnEl7U9YCHeiKAI7Op395ExhxEfv5Ln9FmTeNdmzSIKWZUqEpeDdIaE6oKkGpEZNvVtNY/s1600/nas-200.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:0em"><img border="0" height="200" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU7AM0O8N_PFwMZNc1D37p-0E9yYXXVUNOVuiAU8KHNlNLLtvNuc7DnaEgPH8PKk7wvFBRjrJFnEl7U9YCHeiKAI7Op395ExhxEfv5Ln9FmTeNdmzSIKWZUqEpeDdIaE6oKkGpEZNvVtNY/s200/nas-200.jpg" /></a></div>Mullah Nasruddin diundang untuk mengisi sebuah ceramah di mesjid. Berkumpullah orang banyak untuk mendengarkannya. Tapi sayang, sang mullah bisa melihatnya, mereka tampak kurang antusias untuk mendengarkan tausiahnya.<br />
<br />
Lantas Nasruddin berkata, "Hadirin, tahukah kalian apa yang akan kukatakan?"<br />
<br />
Sontak mereka menjawab, "Tidaaakk..."<br />
<br />
"Hmmm, aku tidak suka memberi ceramah pada orang-orang yang samasekali tidak tahu apa yang akan kukatakan!" kata Nasruddin. Ia pun segera berlalu meninggalkan orang-orang yang bengong.<br />
<br />
Mereka penasaran dan mengundangnya kembali minggu depannya.<br />
<br />
"Hadirin," sang mullah melihat orang-orang yang penasaran menunggunya berceramah, "Kalian tahu apa yang akan kukatakan?"<br />
<br />
Hadirin merasa sudah tahu apa yang diharapkan Nasruddin. Serempak mereka menjawab, "Yaaa...!"<br />
<br />
Nasruddin tersenyum lega, dan berkata, "Nah... karena kalian sudah tahu apa yang akan kukatakan, aku tak akan mengambil waktu kalian lebih lama lagi dengan berbicara disini..."<br />
<br />
Sang mullah berlalu meninggalkan orang-orang yang terheran-heran. Mereka kemudian berunding dan sepakat untuk kembali mengundang Nasruddin minggu depannya.<br />
<br />
Mullah Nasruddin datang lagi sepekan kemudian, naik mimbar dan mulai membuka ceramahnya.<br />
<br />
Seperti biasa ia bertanya, "Hadirin, tahukan kalian apa yang akan kukatakan?"<br />
<br />
Dengan cerdiknya separuh hadirin mengatakan "Yaaaa" dan separuhnya lagi menjawab "Tidaakkk..."<br />
<br />
Maka Mullah Nasruddin pun akhirnya melanjutkan ceramahnya.<br />
<br />
"Baiklah," kata sang mullah, "Kulihat sebagian dari kalian sudah tahu apa yang akan kukatakan, dan sebagian lain belum. Maka... silakan untuk yang sudah tahu memberitahu yang belum tahu..."<br />
<br />
Ia pun berlalu dengan tenang...<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: islamcan.com</i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-26778122822594175032012-12-10T14:24:00.000+07:002012-12-10T14:24:47.005+07:00Itik Berkaki Satu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s1600/nasreddin.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="195" width="176" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s200/nasreddin.jpg" /></a></div>Sekali lagi Nasrudin diundang Timur Lenk. Nasrudin ingin membawa buah tangan berupa itik panggang. Sayang sekali, itik itu telah dimakan Nasrudin sebuah kakinya pagi itu. Setelah berpikir-pikir, akhirnya Nasrudin membawa juga itik panggang berkaki satu itu menghadap Timur Lenk. <br />
<br />
Seperti yang kita harapkan, Timur Lenk bertanya pada Nasrudin, “Mengapa itik panggang ini hanya berkaki satu, Mullah ?” <br />
<br />
“Memang di negeri ini itik-itik hanya memiliki satu kaki. Kalau Anda tidak percaya, cobalah lihat di kolam.” <br />
<br />
Mereka berdua berjalan ke kolam. Di sana, banyak itik berendam sambil mengangkat sebuah kakinya, sehingga nampak hanya berkaki satu. <br />
<br />
“Lihatlah,” kata Nasrudin puas, “Di sini itik hanya berkaki satu.” <br />
<br />
Tentu Timur Lenk tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan. Tapi Nasrudin tidak kehilangan akal. <br />
<br />
“Subhanallah,” katanya, “Bahkan itik pun takut pada keinginan Anda. Barangkali kalau Anda meneriaki saya, saya akan ketakutan dan secara reflek menggandakan kaki jadi empat dan kemudian terbang juga.” <br />
<br />
<i>sumber: <a href="http://anggun-suri.blogspot.com/2012/02/kumpulan-humor-sufi-seri-nasrudin-hoja.html">Anggun Suri</a></i><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-41293792711603319772012-12-10T07:00:00.000+07:002013-12-07T04:34:42.031+07:00Kyai Produk Sendiri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>KHA. Mustofa Bisri, dalam sebuah kolomnya yang berjudul "Kyai-Kyai" pernah menulis bahwa Kyai itu macam-macam. Ada kyai produk pers, kyai produk masyarakat, kyai produk politikus, kyai produk sendiri, dll. Tentang 'kyai produk sendiri' ini, Gus Mus punya cerita tersendiri.<br />
<br />
Ketika diminta mengisi ceramah pengajian 14-an yang bertempat di Aula Pondok Pesantren Raudlatut Tholibien Rembang Gus Mus bercerita: Pernah terjadi, ada seseorang yang demam ingin jadi Kyai, sebut saja Sodrun. Entah dapat ide darimana, ia mengumpulkan teman-temannya untuk mendukung keinginannya itu. Mereka sekitar sepuluh orang dikumpulkan di rumahnya dan diberi pengarahan rahasia. Sebagai ganti jerih payah, mereka akan dapat uang saku. Kelompok yang baru dibentuk itu biasa disebut dengan 'tim sukses'.<br />
<br />
Pada suatu malam, Sodrun menghadiri sebuah pengajian yang tergolong besar. Pada acara semacam itulah saat tepat untuk beraksi bersama kawan-kawannya. Maka ia pun telah siap dengan dandanan ala kyai. Pakai peci haji, jubah putih, kemudian sorban besar yang diikatkan di kepala. Masih ditambah sorban hijau yang melingkar di lehernya.<br />
<br />
Mobil rombongan Sodrun sampai di arena pengajian. Ketika turun dari mobil, langkahnya dibuat pasti dan meyakinkan, layaknya kyai besar nan berwibawa. Kiri kanan diikuti oleh beberapa temannya yang macak santri. Baru dua langkah ia berjalan, dari depan, menyerbu beberapa orang untuk bersalaman dan mencium tangannya, yang tak lain adalah teman-temannya juga. <br />
<br />
Ulah bersalaman yang terburu-buru itu rupanya menarik perhatian pengunjung yang kebetulan melihatnya. Biasanya orang Indonesia melihat sebuah aksi, tanpa pikir panjang ikut-ikutan saja. Ada pencopet dipukuli misalnya, dengan serta merta mereka ikut-ikutan memukuli hingga babak belur bahkan hingga mati, mereka tidak menyadari, apa seharusnya seorang pencopet dihukum mati secara beramai-ramai seperti itu.<br />
<br />
Seperti saat itu, mereka pun buru-buru ikut menghambur mendekati 'kyai' yang baru datang. Dengan antusias, mereka berebut untuk bersalaman, mencium tangannya, bahkan membolak-balikkan tangannya, tak perduli harus dengan berdesak-desakan pula. Dan tak peduli pula, siapakah sebenarnya 'kyai' itu.<br />
<br />
Di tengah-tengah kerumunan pengunjung, tim sukses yang lain tak kalah seru beraksi untuk mendukung keberadaan 'sang kyai'.<br />
<br />
"Mas tahu nggak siapa Kyai yang baru datang itu?" tanya salah satu tim sukses pada salah seorang pengunjung yang memang tampak sedang gumun.<br />
<br />
"Memangnya Kyai siapa ya? Kok agung banget!" yang ditanya balik bertanya.<br />
<br />
"Dia itu K.H.M. Sodrun, seorang waliyullah terkenal!" katanya berapi-api. "Aku bara saja bersalaman dan mencium tangannya!"<br />
<br />
Yang mendengar penjelasannya pada berdecak kagum. Seperti tidak ingin kehilangan kesempatan, orang itupun turut pula menghambur bersalaman dengan 'Kyai Sodrun'. Beberapa orang yang disebar untuk menyebarkan 'gosip' yang sama berkeliaran dari segala penjuru. Jadilah Kyai Sodrun terkenal di kota itu.<br />
<br />
Rupanya, kiat jitu yang dimainkannya tidak sia-sia, Kyai Sodrun benar-benar dianggap 'Kyai' oleh banyak orang. Hingga puncaknya, dia diangkat sebagai salah seorang penasehat penting di sebuah perkumpulan ulama di kota itu. <br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://humorbijak.blogspot.com/2010/05/kyai-produk-sendiri.html">Humor Bijak</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-79836281243598481852012-10-20T23:46:00.001+07:002012-12-10T05:56:49.373+07:00Nashruddin dan 999 Dirham EmasSuatu malam Nashruddin seperti biasanya berdoa kepada Allah di waktu sahur, kemudian memohon kepada-Nya agar diberi rezeki berupa uang sebanyak seribu dirham emas. Namun, dia tidak akan mengambilnya kecuali 999 dirham saja.<br />
<br />
Nashruddin juga memiliki seorang tetangga Yahudi, yang setiap hari mendengarkan doanya. Suatu hari, tetangga Yahudinya itu hendak menguji Nashruddin. Dia menaruh uang sebanyak 999 dirham emas dalam sebuah pundi.<br />
<br />
Ketika datang waktu sahur, seperti biasa, Nashruddin mulai berdoa dengan doa yang biasa dilakukannya. Orang Yahudi itu pun melempar kan pundi itu ke dalam rumah Nashruddin melalui cerobong asap. Lalu, si Yahudi itu mengintip dan memperhatikan apa yang bakal dilakukan Nashruddin.<br />
<br />
Melihat pundi berisikan uang itu, Nashruddin bersyukur kepada Allah dan mengucapkan alhamdulillah, karena Allah telah mengabulkan doanya. Nashruddin mengambil kantung itu dengan tenang dan sopan, lalu menghitungnya. <br />
<br />
Ternyata, uang itu sesuai dengan yang diharapkannya. Nashruddin berkata, "Sesungguhnya yang memberikan kepadaku uang sebanyak 999 dirham ini, tentu tidak akan kikir dengan uang yang satu dirham."<br />
<br />
Lalu, dia menyembunyikan pundi tersebut.<br />
<br />
Melihat itu, dengan segera orang Yahudi itu pergi ke rumah Nashruddin sambil tertawa dan berkata, "Kembalikan uangku itu! Aku hanya ingin menguji dan mempermainkanmu agar aku tahu kesungguhanmu dalam memohon rezeki kepada Allah Swt."<br />
<br />
Dengan penuh heran, Nashruddin berkata kepada Yahudi itu, "Dirham mana yang kau maksudkan? Apakah engkau pernah meminjamiku uang?" <br />
<br />
Orang Yahudi itu menjawab, "Tidak, wahai tuan, sesungguhnya uang itu bukanlah uang yang kamu mohon kepada Tuhanmu, tetapi itu uangku yang kulemparkan lewat cerobong asap."<br />
<br />
Nashruddin berkata padanya, "Gila kamu, cerita macam ini tidak akan ada yang mempercayainya. Apakah engkau pernah mendengar di zaman sekarang ini, adanya seorang Yahudi yang terlintas dalam benaknya untuk memberikan uang sebanyak itu kepada orang lain lewat cerobong asap? Sungguh, uang yang kudapatkan itu adalah bukti nyata terkabulnya doaku, dan itu datang dari khazanah kekayaan Allah Swt yang Mahaluas."<br />
<br />
Lalu, terjadilah perselisihan di antara keduanya, dan Nashruddin bersikeras pada<br />
pendapatnya. Setelah melihat Nashruddin begitu berkeras dalam mempertahankan pendapatnya, orang Yahudi itu berkesimpulan bahwa perselisihan itu tidak akan terselesaikan kecuali bila diajukan pada seorang hakim. <br />
<br />
Orang Yahudi itu berkata pada Nashruddin, "Untuk mengakhiri perselisihan ini, sebaiknya kita pergi ke seorang hakim."<br />
<br />
Nashruddin menjawab, "Jika itu yang kau harapkan, mari kita pergi ke sana. Akan tetapi, aku sudah tua dan tidak dapat pergi ke tempat hakim itu dengan berjalan kaki. Sebab, disamping rumahnya jauh, aku juga tidak tahan dengan hawa dingin. Sementara, aku tidak punya baju tebal untuk menyelimuti tubuhku."<br />
<br />
Yahudi itu berkata padanya, "Aku akan sediakan untukmu keledai dan baju mantel<br />
tebal." <br />
<br />
Lalu, keduanya pergi menuju rumah seorang hakim. Sementara Yahudi itu berjalan kaki, Nashruddin menunggang keledai dan mengenakan baju mantel tebal milik Yahudi itu.<br />
<br />
Setelah kedua orang itu masuk ke rumah seorang hakim, si Yahudi itu membeberkan persoalannya. Setelah selesai, hakim itu berkata pada Nashruddin, "Lalu, bantahan apa yang akan kau katakan dalam kasus ini?"<br />
<br />
Nashruddin pun angkat bicara, "Wahai hakim, dia telah mengada-ada. Aku tidak mendapatkan uang darinya, namun aku memperoleh uang dirham itu dari anugrah Allah Swt yang Mahaderma kepada hamba-Nya. Sehingga, dakwaannya itu sangat tidak logis dan tak dapat diterima. Seandainya ada seorang yang akan mati kelaparan pun, karena kikirnya, dia tidak akan memberikan bahkan sepotong roti pun. Lantas, bagaimana mungkin dia akan memberikan kepadaku uang sebanyak itu. Sungguh, dia ingin menipuku dan merampas seluruh hartaku ini. Mungkin saja sebentar lagi dia akan mengaku bahwa keledai yang kutunggangi itu dan baju mantel yang kupakai ini adalah miliknya juga."<br />
<br />
Mendengar kata-kata Nashruddin, Yahudi itu pun terkejut dan takut akan kehilangan<br />
keledai serta baju mantelnya. Dia lalu berkata pada Nashruddin, "Apakah keledai dan mantelku itu akan kau dakwa menjadi milikmu juga? Sungguh aku merasa kasihan padamu karena engkau seorang yang tua, sehingga kubiarkan engkau mengendarai keledaiku dan aku berjalan kaki!"<br />
<br />
Nashruddin berkata kepada hakim itu, "Wahai tuan hakim, bukankah telah Anda dengar<br />
ucapannya? Mulai hari ini, saya tidak akan mempercayainya. Sungguh aneh orang ini, segala milikku dia dakwa menjadi miliknya."<br />
<br />
Setelah mendengar perang kata-kata antara kedua orang itu, hakim itu lalu berdiri dan<br />
memberikan keputusannya, "Keluarlah wahai Yahudi... Telah tampak kebenaran atas semua<br />
masalah ini. Sungguh, seluruh dakwaanmu ohong dan tidak benar. Kamu ingin merampas harta milik orang tua yang patut dikasihani ini."<br />
<br />
Orang Yahudi itu pun keluar sambil menangis dan mengadukan nasibnya yang malang itu. Sementara, Nashruddin menunggangi keledai itu dan pulang ke rumahnya dengan tenang.<br />
<br />
Tak lama setelah orang Yahudi itu tiba di rumahnya, Nashruddin pergi ke rumah sang Yahudi itu dan mengembalikan seluruh harta miliknya, tanpa berkurang satu dirham pun, begitu juga keledai dan baju mantelnya.<br />
<br />
Nashruddin lalu berkata padanya, "Janganlah engkau turut campur dalam urusan hamba<br />
dengan Tuhannya. Sebab, itu akan membuat cemas dan gelisah hati seorang hamba."<br />
<br />
Tenyata, kejadian itu menjadi pelajaran besar bagi orang Yahudi itu. Tak lama kemudian, orang yahudi itu datang ke rumah Nashruddin untuk bertaubat dan menyatakan keislamannya kepadanya.<br />
<i><br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://islamshout.blogspot.com/2012/04/janganlah-engkau-turut-campur-dalam.html">http://islamshout.blogspot.com</a></i></span></i><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-11231162952695280032012-10-20T23:23:00.000+07:002012-12-10T14:23:54.139+07:00Nasrudin Sang Penyelundup<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmstIJvP2Z6fX0cieUIgLO9okPdg4RhIsK9Yv11R85oFbudIDRXhzuVwPaq8zS8FBk-CpCKjioNSGsY7pDHkAeaMU0LRekOo8Grs_i7SsPOyoRNp792JkMdx_lmMbzN7jC13uQUBzV35Gy/s1600/hoja.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:0em; margin-right:0em"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmstIJvP2Z6fX0cieUIgLO9okPdg4RhIsK9Yv11R85oFbudIDRXhzuVwPaq8zS8FBk-CpCKjioNSGsY7pDHkAeaMU0LRekOo8Grs_i7SsPOyoRNp792JkMdx_lmMbzN7jC13uQUBzV35Gy/s1600/hoja.jpg" /></a></div><br />
Ada kabar angin bahwa Mullah Nasrudin berprofesi juga sebagai penyelundup. Maka setiap melewati batas wilayah, penjaga gerbang menggeledah jubahnya yang berlapis-lapis dengan teliti. Tetapi tidak ada hal yang mencurigakan yang ditemukan. Untuk mengajar, Mullah Nasrudin memang sering harus melintasi batas wilayah.<br />
<br />
Suatu malam, salah seorang penjaga mendatangi rumahnya.<br />
<br />
“Aku tahu, Mullah, engkau penyelundup," kata sang penjaga, "Tapi aku menyerah, karena tidak pernah bisa menemukan barang selundupanmu. Sekarang, jawablah penasaranku, apa yang engkau selundupkan?”<br />
<br />
“Jubah,” kata Nasrudin, serius.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: http://sienaviena.multiply.com/journal/item/115</i></span> <div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-81772292527445727462012-10-20T16:01:00.000+07:002012-12-10T14:24:08.259+07:00Resep Lidah KambingSuatu hari, Nasrudin membeli lidah kambing di pasar. Dalam perjalanan pulang, dia bertemu dengan seorang temannya.<br />
<br />
“Akan kamu masak apa lidah itu?” tanyanya.<br />
<br />
“Seperti biasa,” jawab Nasrudin.<br />
<br />
“Kalau kamu mau aku bisa mengajarimu cara memasaknya yang enak.”<br />
<br />
“Baiklah, tapi tulis saja di kertas cara-cara memasak yang akan kamu akan ajarkan itu. Aku akan membacanya dan mempraktekkannya di rumah nanti,” kata Nasrudin.<br />
<br />
Setelah menerima resep makanan, Nasrudin melanjutkan perjalanan pulang dengan hati gembira. Ia kini akan memasak makanan yang lebih lezat dari biasanya. Namun, tiba-tiba seekor elang turun dan menyambar bungkusan lidah kambing dari tangannya, kemudian terbang tinggi lagi.<br />
<br />
Sejenak Nasrudin kaget. Tetapi dia tak terlihat sedih. Dia ambil resep dari saku bajunya lalu diacungkannya kepada elang seraya berteriak:<br />
<br />
“Percuma, kamu tidak bisa memakannya! Resepnya ada padaku!”<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="https://www.facebook.com/gusdurhumor">Kumpulan humor "Gus Dur" yang bisa membuat orang tertawa lepas....</a></i></span> <div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-49090908183140932112012-09-17T15:56:00.000+07:002012-12-10T14:24:23.131+07:00Nasrudin Memanah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s1600/nasreddin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s200/nasreddin.jpg" width="176" /></a></div>Sesekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Nasrudin. Karena Nasrudin cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. <br />
<br />
Maka diundangnya Nasrudin ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan. <br />
<br />
“Ayo Nasrudin,” kata Timur Lenk, “Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu.”<br />
<br />
Nasrudin terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. Segera setelah itu, Nasrudin berteriak, “Demikianlah gaya tuan wazir memanah.” <br />
<br />
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran. Nasrudin berteriak lagi, “Demikianlah gaya tuan walikota memanah.” <br />
<br />
Nasrudin segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. <br />
<br />
Nasrudin pun berteriak lagi, “Dan yang ini adalah gaya Nasrudin memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Raja.” <br />
<br />
Sambil menahan tawa, Timur Lenk menyerahkan hadiah Nasrudin.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://anggun-suri.blogspot.com/2012/02/kumpulan-humor-sufi-seri-nasrudin-hoja.html">Anggun Suri</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-76428681921632146532012-09-16T19:08:00.002+07:002012-09-16T19:19:46.452+07:00Keledai Membaca<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s1600/nasreddin.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="195" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgq5MBfl9EocmEMUX4Tu25nL6F9zpjCxBuTmOWxesNHRPizCmfpyNgrTt-IiOsqFpUjkEWqUIeNdMAb77utCS9QT3SSUgV5LMMiDESgl3kEjvOClzfEbwzDhiAT359hkEUiQ8QEv9_TMGYD/s200/nasreddin.jpg" width="176" /></a></div>Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata, “Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya.” <br />
<br />
Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya. <br />
<br />
Si keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin. <br />
<br />
“Demikianlah,” kata Nasrudin, “Keledaiku sudah bisa membaca.” <br />
<br />
Timur Lenk mulai menginterogasi, “Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?” <br />
<br />
Nasrudin berkisah, “Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.” <br />
<br />
“Tapi,” tukas Timur Lenk tidak puas, “Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?” <br />
<br />
Nasrudin menjawab, “Memang demikianlah cara keledai membaca: hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, kita disebut setolol keledai, bukan ?” <br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://anggun-suri.blogspot.com/2012/02/kumpulan-humor-sufi-seri-nasrudin-hoja.html">Anggun Suri</a></i></span><br />
<br />
<!-- AddToAny BEGIN --><div class="a2a_kit a2a_default_style"><a class="a2a_dd" href="http://www.addtoany.com/share_save">Share</a> <span class="a2a_divider"></span> <a class="a2a_button_facebook"></a> <a class="a2a_button_twitter"></a> <a class="a2a_button_email"></a> <a class="a2a_button_yahoo_messenger"></a></div><script type="text/javascript" src="http://static.addtoany.com/menu/page.js"></script><!-- AddToAny END --><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-51767846902954448502012-09-16T18:59:00.004+07:002012-12-10T14:25:42.878+07:00Gelar Timur Lenk<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWnYAtgv4Tx_1OQr1Va9PRtCWgkHZc8PUWY701CYZwPHpukaKYyah-jvDnD9ieTO_lYz-Ra9KhgGMTpoQXJdb8-slITp5AIm6oOABvUdH63riabDqjj6oELOtTBl_Tq7_DDuZ1sU_skyCW/s1600/nasreddin2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWnYAtgv4Tx_1OQr1Va9PRtCWgkHZc8PUWY701CYZwPHpukaKYyah-jvDnD9ieTO_lYz-Ra9KhgGMTpoQXJdb8-slITp5AIm6oOABvUdH63riabDqjj6oELOtTBl_Tq7_DDuZ1sU_skyCW/s200/nasreddin2.jpg" width="160" /></a></div>Timur Lenk mulai mempercayai Nasrudin, dan kadang mengajaknya berbincang soal kekuasaannya. <br />
<br />
“Nasrudin,” katanya suatu hari, “Setiap khalifah di sini selalu memiliki gelar dengan nama Allah. Misalnya: Al-Muwaffiq Billah, Al-Mutawakkil ‘Alallah, Al-Mu’tashim Billah, Al-Watsiq Billah, dan lain-lain. Menurutmu, apakah gelar yang pantas untukku ?” <br />
<br />
Cukup sulit, mengingat Timur Lenk adalah penguasa yang bengis. Tapi tak lama, Nasrudin menemukan jawabannya. <br />
<br />
“Saya kira, gelar yang paling pantas untuk Anda adalah Naudzu-Billah*) saja.” <br />
<br />
*) “Aku berlindung kepada Allah (darinya)” <br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://anggun-suri.blogspot.com/2012/02/kumpulan-humor-sufi-seri-nasrudin-hoja.html">Anggun Suri</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-1156387482188113322012-08-18T00:16:00.000+07:002013-12-07T07:52:16.872+07:00Cara Menyiasati Tukang Bohong<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan. Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta.<br />
<br />
Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama. Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena mereka ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka. <br />
<br />
Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?<br />
<br />
Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata, "Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."<br />
<br />
"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya Abu Nawas.<br />
<br />
"Tidak," jawab kawan Abu Nawas singkat.<br />
<br />
"Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak," usul Abu Nawas. <br />
<br />
Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya. Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu. <br />
<br />
"Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih," katanya.<br />
<br />
Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.<br />
<br />
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.<br />
<br />
"Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.<br />
<br />
"Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri," kata Abu Nawas. <br />
<br />
Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.<br />
<br />
"Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?"<br />
<br />
Bila jalan yang benar itu sebelah kanan, dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri, sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kanan, sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://ketawa.com/humor-lucu-det-4647-cara_menyiasati_tukang_bohong.html">ketawa.com</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-60553091737724224212012-08-11T10:10:00.000+07:002013-12-07T04:38:14.990+07:00Itu Mah Perkara Laen Lagi Dodoool!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Kyai Onyod lagi ngobrol ama santrinya di pondok mengisi waktu berpuasa:<br />
Kyai Onyod: "Kalau sebelum makan, kalian harus baca apa...?"<br />
Santri (Serempak): "Bismillah Pak Kyai...."<br />
Kyai Onyod: "Baguuusss... Nah, kalau sesudah makan, kalian harus baca apa...?"<br />
Santri (Serempak): "Astaghfirullah, Pak Kyai...."<br />
Kyai Onyod: "Waduuuh, siapa yang ngajarin bilang astaghfirullah...? Pak Kyai 'kan ngajarin kalian harus baca Alhamdulillah...!"<br />
Salah satu santri (Ketua Santri): "Yang ngajarin 'kan Pak Kyai sendiri...? Kemaren waktu ngajak kami makan di restoran, Pak Kyai baca 'Astaghfirullah' gitu, bahkan sampe beberapa-kali ngucapinnya sesudah makan...."<br />
Kyai Onyod: "Halaaah! Itu mah urusannya lain lagi dodoool...! Pak Kyai 'kan lagi kaget liat tagihan atawa bon makannya...!"<br />
Santri (serempak): "Oooh!"<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>Sumber: <a href="http://jokes.web.id/read/?r=1208138">jokes.web.id</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-58245554874368761762012-08-05T17:21:00.001+07:002012-08-05T17:21:32.962+07:00Abu Nawas, Pendeta & Ahli Yoga Berebut MakananAlkisah, ada seorang Ahli Yoga yang sangat membenci Abu Nawas, maka dengan segala cara dia memperdaya Abu Nawas ini hingga akhirnya mempunyai ide untuk mengajak seorang pendeta untuk bersekongkol. Setelah mencapai kata sepakat antara Pendeta dan Ahli Yoga, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.<br />
<br />
Ketika mereka datang, Abu Nawas sedang melakukan salat Dhuha. Setelah dipersilakan masuk oleh istrinya, mereka pun masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang dengan santainya.<br />
<br />
Seusai salat, Abu Nawas menemui mereka dan bercakap-cakap sejenak. "Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan, bergabunglah bersama kami," kata Ahli Yoga.<br />
<br />
"Dengan senang hati. Lalu kapan rencananya?"tanya Abu Nawas dengan polos.<br />
<br />
"Besok pagi," kata Pendeta.<br />
<br />
"Baiklah kalau begitu, kita bertemu di warung teh besok pagi," kata Abu Nawas menyanggupi.<br />
<br />
Agama Islam sangat menghormati pemeluk agama lain, karena Rasululullah SAW mengajarkan demikian. Pada hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi.<br />
<br />
Ahli Yoga dan Pendeta mengenakan seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan, mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal. "Hai Abu Nawas, bagaimanakah kalau engkau saja yang mengumpulkan derma untuk membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian," kata Pendeta.<br />
<br />
Tanpa banyak bicara lagi, Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari satu dusun ke dusun lainnya. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan secukupnya untuk mereka bertiga. Setelah itu Abu Nawas kembali lagi ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar, Abu Nawas berkata, "Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."<br />
<br />
"Jangan sekarang, kami sedang berpuasa," kata Ahli Yoga.<br />
<br />
"Tetapi aku hanya menginginkan bagianku saja, sedangkan kalian ya terserah pada kalian," kata Abu Nawas.<br />
<br />
"Aku tidak setuju, kita harus seirama dalam berbuat apapun," kata pendeta.<br />
<br />
"Betul, aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka," kata Ahli Yoga.<br />
<br />
"Hai, bukankah aku yang kalian jadikan alat pencari derma, dan derma itu sekarang telah aku tukarkan dengan makanan. Sekarang kalian malah tidak mengijinkan aku untuk mengambil bagianku sendiri, itu tidak masuk akal," kata Abu Nawas mulai merasa jengkel.<br />
<br />
Namun begitu pendeta dan ahli yoga tetap bersikeras tidak mengijinkan Abu Nawas untuk mengambil bagian yang sudah menjadi haknya. Abu Nawas penasaran, ia mencoba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengijinkan ia memakan bagiannya. Tetapi mereka tetap saja menolak.<br />
<br />
Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikitpun kejengkelan dan kemarahannya itu. "Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian," kata pendeta kepada Abu Nawas.<br />
<br />
"Perjanjian apa?" tanya AbuNawas.<br />
<br />
"Kita adakan lomba, barang siapa diantara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bagian yang terbanyak, yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit," kata pendeta mejelaskan.<br />
<br />
Abu Nawas setuju. Ia tidak memberi komentar apa-apa. Malam semakin larut, embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur karena perutnya lapar. Dia hanya pura-pura saja tidur untuk mengelabui kawannya.<br />
<br />
Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah tertidur lelap, Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa pikir dua kali, Abu Nawas memakan habis makanan itu hingga tidak tersisa sedikit pun. Setelah kenyang, barulah Abu Nawas bisa tidur.<br />
<br />
Keesokan harinya, mereka bangun hampir bersamaan. Ahli yoga dengan wajah yang berseri-seri bercerita,<br />
<br />
"Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirwana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."<br />
<br />
Pendeta mengatakan bahwa mimpi ahli yoga benar-benar menakjubkan, benar-benar luar biasa. Kini giliran pendeta yang bercerita. "Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan ternyata memang benar. Aku tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam di mana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."<br />
<br />
Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi pendeta. Abu Nawas hanya diam. Ia bahkan tidak tertarik sedikitpun. Karena Abu Nawas belum buka mulut juga, Pendeta dan Ahli Yoga mulai menanyakan mimpi Abu Nawas. Akhirnya Abu Nawas mulai bercerita setelah didesak oleh kawan-kawannya.<br />
<br />
"Kalian tentu tahu Nabi Daud as kan, Beliau adalah seorang Nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau dan beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari, kemudian beliau menyuruhku agar segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu," kata Abu Nawas tanpa punya perasaan salah sedikitpun.<br />
<br />
Sambil menahan rasa lapar yang sangat, Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain. Kejengkelan Abu Nawas terobati sudah. Kini mereka berdua sadar bahwa mempermainkan Abu Nawas sama halnya dengan menyusahkan diri sendiri.<br />
<br />
<i>sumber: <a href="http://ramadan.detik.com/read/2012/08/05/132652/1983536/630/abu-nawas-pendeta-ahli-yoga-berebut-makanan">ramadhan.detik.com</a></i><br />
<br />
<!-- AddToAny BEGIN --><div class="a2a_kit a2a_default_style"><a class="a2a_dd" href="http://www.addtoany.com/share_save">Share</a> <span class="a2a_divider"></span> <a class="a2a_button_facebook"></a> <a class="a2a_button_twitter"></a> <a class="a2a_button_email"></a> <a class="a2a_button_yahoo_messenger"></a></div><script type="text/javascript" src="http://static.addtoany.com/menu/page.js"></script><!-- AddToAny END --><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-69845167483728292162012-06-03T06:37:00.001+07:002013-12-07T16:17:13.342+07:00Air Musta'mal Menurut Udin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Suatu malam, ketika Ustadz sedang mengajar santri-santrinya.<br />
<br />
Ustadz: "Badrun, ada berapa pembagian air? Sebutkan!"<br />
Badrun: "Ada 4, Ustadz. Air mutlak, musta'mal, musyamas, dan mutanajis."<br />
Ustadz: "Bagus! Nah, kamu, Udin, sebutkan contoh air musta'mal!"<br />
Udin: "Air kelapa, air kopi, air teh, susu, fanta, sprite, coca-cola...."<br />
Badrun: "Yang haus... yang haus... yang haus..." (si Badrun ikut nyeletuk)<br />
Santri: "gerrrrr...."<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>Kiriman <a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000375323746">Toni Inotz</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-15401264973550200362012-04-18T18:52:00.000+07:002012-04-18T18:53:13.593+07:00Tips Melihat SyetanAda seorang pemuda minta petunjuk kepada Nasrodin Hoja. <br />
<br />
"Ya Mulloh...,"katanya," Aku ingin melihat syetan agar lebih siap untuk melawannya, lalu bagaimana caranya?"<br />
<br />
"Ohh... Gampang itu !!" jawab yang ditanya enteng.<br />
<br />
"Masuk aja ke kamarmu lalu bercerminlah!!" lanjut Mullah. <br />
<br />
"Truzz..???" potong si pemuda. <br />
<br />
"Itulah wajah syetan..!!" jawab Nasrodin Hoja dengan enteng sambil ngeluyur pergi. <br />
<br />
Si pemuda: ". . . . . . . . . ."<br />
<br />
#gremeng2_GAPLEKZ !!<br />
<br />
>(^0^)<
<i>kiriman <a href="http://www.facebook.com/mike.elamien">Amieq El-Hafiedz</a> di <a href="http://www.facebook.com/humorsantri">HUMOR SANTRI</a></i><br />
<br />
<!-- AddToAny BEGIN --><div class="a2a_kit a2a_default_style"><a class="a2a_dd" href="http://www.addtoany.com/share_save">Share</a> <span class="a2a_divider"></span> <a class="a2a_button_facebook"></a> <a class="a2a_button_twitter"></a> <a class="a2a_button_email"></a> <a class="a2a_button_yahoo_messenger"></a></div><script type="text/javascript" src="http://static.addtoany.com/menu/page.js"></script><!-- AddToAny END --><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-48144271456552609342012-01-18T11:04:00.000+07:002013-12-07T16:19:14.996+07:00Siapa yang Paling Berani<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqqEBB0vKXARw4reOWLX9ZWG4xWh2f9_ed-uAHijkVGTogSEbcDjX0TUWKcPy8K4x0tBknppdlRW-Xo6yX4hlqufZL03DHkSP0NmN47yD7qtns50GVAxmM1ubn8eU09vVBh4Yl8aLx6yNJ/s1600/GUSDUR.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="200" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqqEBB0vKXARw4reOWLX9ZWG4xWh2f9_ed-uAHijkVGTogSEbcDjX0TUWKcPy8K4x0tBknppdlRW-Xo6yX4hlqufZL03DHkSP0NmN47yD7qtns50GVAxmM1ubn8eU09vVBh4Yl8aLx6yNJ/s200/GUSDUR.jpg" /></a></div>Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang "berdiskusi" tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi berenang mencari makan ...<br />
<br />
Bill Clinton: Kalau Anda tahu ... prajurit kami adalah yang terberani di seluruh dunia ... Mayor .. sini deh ... coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh kali.<br />
<br />
Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia "The Star Spangled Banner" saya siap ,,, (akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar hiu).<br />
<br />
Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live America!!<br />
<br />
Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!<br />
<br />
Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar (sang Sersan datang) ... coba kamu keliling kapal ini sebanyak 50 kali ... !<br />
<br />
Sersan: (melihat ada hiu ... glek ... tapi) for the queen I'am ready to serve!!! (pekik sang sersan, kemudian membuka-buka baju lalu terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali ... dan dikejar hiu juga).<br />
<br />
Sersan: (menghadap sang perdana menteri) GOD save the queen!!!<br />
<br />
Koizumi: Hebat kamu ... kembali ke tempat ... Anda lihat Pak Clinton ... Prajurit saya lebih berani dari prajurit Anda ... (tersenyum dengan hebat ...)<br />
<br />
Gus Dur: Kopral ke sini kamu ... (setelah dayang ...) saya perintahkan kamu untuk terjun ke laut lalu berenang mengelilingi kapal perang ini sebanyak 100 kali ... ok?<br />
<br />
Kopral: Hah ... Anda gila yah ...! Presiden nggak punya otak ... nyuruh berenang bersama hiu ... kurang ajar!!! (sang Kopral pun pergi meninggalkan sang presiden ...)<br />
<br />
Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat Pak Clinton dan Pak ... Cumi Cumi ... kira-kira siapa yang punya prajurit yang paling BERANI!!! ... Hidup Indonesia ... !!!<br />
<br />
(sumber : Okezone)<div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-71505083036177186162011-11-30T13:13:00.000+07:002013-12-07T16:25:29.583+07:00Makian Arab<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Saat Masjidil Haram penuh sesak hingga orang duduk berdempet-dempet bahkan berjubel, seorang Arab seenaknya saja melangkah-langkahi shof-shof. Kakinya menyenggol kepada seorang haji asal Indramayu hingga kopiyahnya terjatuh. Tentu saja Pak Haji yang ustadz pesantren itu jengkel bukan main sehingga tak tahan lagi untuk tidak memaki.<br />
<br />
“Ro’suka!” teriaknya sengit. Artinya: endhasmu!<br />
<br />
Pak Haji sengaja membahasaarabkan makiannya dengan maksud agar Si Arab mengerti kalau dimaki. Tapi Si Arab kelihatan tidak ngeh sama sekali dan berlalu dengan cueknya. Barulah Pak Haji sadar kalau makian “ro’suka” alias “endhasmu” itu tak berlaku di Arab. Orang Arab tahu artinya, tapi tak tahu kalau itu makian.<br />
<br />
Pak Haji jadi geli sendiri dan terdorong untuk main-main dengan makian “ro’suka” itu. Setiap ketemu orang Arab, sedikit-sedikit dia bilang, “Ro’suka!”. Toh Si Arab nggak ngerti, pikirnya.<br />
<br />
Siang itu, ketika sedang tergesa-gesa hendak keluar dari Masjid karena kebelet pipis, Pak Haji bertabrakan dengan orang Arab tinggi besar.<br />
<br />
“Ro’suka!” teriaknya spontan.<br />
<br />
Tapi ia kaget bukan buatan ketika Si Arab malah membalas,<br />
<br />
“‘Ainuka!” (Matamu!)<br />
<br />
Ternyata dia itu Arab Gresik...<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: http://kyaicengkir.wordpress.com/2011/11/02/makian-arab/</i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-44351898718760954252011-11-09T16:13:00.001+07:002011-11-09T16:16:24.718+07:00Zikir Turis Arab<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdcLsmq8l79CmPOe5kz30w7Q2dAxM-rnatEm3RrhOlHHVXjUCaH5WP_LNVGoKA1fFcRNKEYjQpZdAJzoP9Cfbn58oB58KBXjtFL4vr0OUAz-DQHWOyRC8aSK_w0IEv2zYgjkV5ZQ_3VsdH/s1600/veh.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="134" width="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdcLsmq8l79CmPOe5kz30w7Q2dAxM-rnatEm3RrhOlHHVXjUCaH5WP_LNVGoKA1fFcRNKEYjQpZdAJzoP9Cfbn58oB58KBXjtFL4vr0OUAz-DQHWOyRC8aSK_w0IEv2zYgjkV5ZQ_3VsdH/s200/veh.jpg" /></a></div>Alkisah ada seorang warga Arab berpesiar naik mobil di Jakarta, disopirin oleh Kang Emod seorang sunda tulen. Ketika mobilnya disalip oleh sebuah pick up yang ngebut, sang turis Arab sontak berteriak: "Ustahiad! Ustahiad!"<br />
<br />
Selang beberapa saat kemudian sebuah truk menyalip, maka sang turis berteriak lagi: "Ihsibustim! Ihsibustim!"<a name='more'></a><br />
<br />
Kang Emod sangat heran...<br />
<br />
Ketika ada sedan kecil menyalip dari sebelah kanan, sang turis Arab kembali mendesis: "Ya Allah, Ikuzus, Ikuzus ...."<br />
<br />
Saking panasarannya maka Kang Emod bertanya: "Wan, ente lafal zikirnya koq aneh pisan nya... Ane can (belum) pernah denger..."<br />
<br />
Turis Arab menjawab santai: "Eh, siapa yang zikir? Itu semua tulisan-tulisan yang ada di belakang mobil tadi. Ane bacanya dari kanan ke kiri..."<br />
<br />
Oalah....<br />
<br />
<i>sumber: sebuah grup di facebook</i><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-68346654802286296272011-09-27T13:13:00.000+07:002013-12-07T04:35:53.501+07:00Kyai Abdullah Salam, Kajen : Nelayan Menabur Ikan di Laut?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Seorang nelayan yang sebetulnya sudah mapan, datang ke Kyai Abdullah Salam di kediamannya, Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Pati. Maksud kedatangannya adalah untuk mengeluhkan perihal rizkinya yang akhir-akhir ini tersendat-sendat. Ia ingin ijazah do'a.<br />
<br />
"Kyai, akhir-akhir ini hasil tangkapan kami menurun, tolong berilah kami do'a agar hasil ikan kami melimpah?" kata tamu itu pada Kyai.<br />
<br />
"Bapak ini nelayan tulen?" tanya Kyai Dullah Salam.<a name='more'></a><br />
<br />
"Betul Kyai!"<br />
<br />
"Untuk menjaring ikan di laut, tentu Bapak ini memakai kapal?"<br />
<br />
"Benar Kyai. Bahkan kami sudah punya kapal sendiri."<br />
<br />
"Punya jaring sendiri, punya mesin sendiri, dan punya peralatan-peralatan untuk menunjang kelancaran penangkapan ikan!" sahut Kyai.<br />
<br />
"Betul sekali, Kyai!"<br />
<br />
Diam sejenak.<br />
<br />
"Bapak ini pernah menabur bibit ikan di laut?" tanya Kyai tiba-tiba, membuat nelayan itu terkejut.<br />
<br />
"Tentu saja tidak, Kyai!" jawab sang nelayan agak linglung. Ia tak menduga jika akan menemukan pertanyaan demikian. Seabreg orang pandai yang pernah dikenalnya, tidak pernah menanyai demikian. Tentu tak terbayangkan jika nelayan harus menabur bibit ikan di laut agar berkembang biak dan menjadi besar-besar sebelum kemudian dijaring ikannya. Mulai dari moyang, buyut hingga kakeknya, ikan-ikan di laut tinggal saja mengeruk tanpa harus menabur anakan ikan terlebih dahulu. Dan.... tak pernah habis.<br />
<br />
"Bapak dan kawan-kawan pernah memberi makan ikan-ikan di laut?" tanya Kyai melanjutkan.<br />
<br />
"Tid.... tidak pernah Kyai!" Nelayan itu tampak makin gugup. Pertanyaan Kyai tampak kian 'ekstrim'.<br />
<br />
"Jika demikian adanya, ya sudahlah!" kata Kyai kemudian.<br />
<br />
Diputusi Kyai demikian, nelayan itu tambah bingung, bukankah maksud kedatangannya minta ijazah do'a agar dapat ikan banyak?<br />
<br />
"Tapi, kami perlu doa agar hasil kami melimpah Kyai!" Kata nelayan itu belum puas. Ia masih belum mengerti apa yang dimaksud Kyai.<br />
<br />
"Iya, saya tahu itu. Bapak ini setiap hari berangkat ke laut?"<br />
<br />
"Setiap hari Kyai!"<br />
<br />
"Dapat ikan?"<br />
<br />
"Dapat Kyai! Tapi tidak sesuai dengan pengeluaran untuk perbekalan melaut! Akhir-akhir ini hasil yang kami peroleh masih merugi!"<br />
<br />
"Baiklah. Saya ulangi lagi. Bapak pernah menabur ikan di laut dan memberi makan?"<br />
<br />
"Tidak pernah Kyai!"<br />
<br />
"Jadi selama ini Bapak ini hanya mengeruk kandungan ikan di laut?"<br />
<br />
"Begitulah Kyai. Kami hanya menangkap dan menjaring saja!"<br />
<br />
"Oo... jadi selama ini para nelayan itu hanya mengeruk saja?" Kyai geleng-geleng kepala.<br />
<br />
"Betul, Kyai. Kami hanya tinggal menjaring saja!"<br />
<br />
"Ya sudah kalau begitu!" jawab Kyai sambil beranjak dan masuk ke dalam rumah.<br />
<br />
Nelayan itu tampak makin linglung, sungguh ia tidak bisa menangkap jalan pikiran Kyai Abdullah Salam. Perasaannya jadi amat gundah, apalagi jika dilihatnya wajah Kyai menyimpan rasa kekesalan pada dirinya.<br />
<br />
Tamu lain yang kebetulan tahu peristiwa itu kasihan juga. Mumpung Kyai masuk ke dalam kamar, tamu itu memberi penjelasan singkat pada pak nelayan.<br />
<br />
"Begini Pak. Maksud Kyai Dullah Salam tadi adalah, Bapak ini sebaiknya narimo saja. Jika Bapak tidak pernah merasa menabur ikan dan memberinya makan, tapi setiap hari Bapak jaring ikan-ikan di laut itu, maka adakalanya dapat banyak, adakalanya dapat sedikit. Jadi Bapak sudah baik mau berusaha mencari ikan. Jadi cobalah Bapak untuk bersyukur pada Allah yang telah menyediakan ikan-ikan di laut untuk dikeruk. Intinya adalah, berdoalah seperti biasanya dan besyukurlah, jangan suka mengeluh!"<br />
<br />
Demi mendengar keterangan dari tamu itu, kini nelayan itu jadi paham dan mengerti. Kini lega hatinya. Sekarang ia tahu apa yang harus diperbuatnya, yaitu belajar bersyukur. (Sumber Zakaria Al Anshori) <br />
<br />
sumber: <a href="http://humorbijak.blogspot.com/2010/06/kyai-abdullah-salam-kajen-nelayan.html">http://humorbijak.blogspot.com</a><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-48065077324798963652011-09-17T13:51:00.000+07:002013-12-07T16:15:52.301+07:00Kisah Santri Menjinakkan Sopir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLHHIzmDhc2kgLehFFXe7EGuFr-XxpmHrjFNlXh22SWMp5i1-2fw5eP6ryeUGgCskU8_E_FfwSHSfUgfdJ2cBX-U-DPQ5H64-Q5RvASvknOlL446ST6l2U7NCcWmtz8eAeZoIBhHU_Echj/s1600/nasreddin2HUMed.jpg" /></a></div>Pesantren X berada di jalan raya antar propinsi. Karena tempat itu di luar kota maka jarang bis antar kota yang mau berhenti di tempat itu, padahal untuk mengirit waktu dan biaya, para santri harus turun di sana biar tidak nyembung dengan ojek atau angkot.<br />
<br />
Kadang sopir mau menurunkan mereka, tetapi bis tetap jalan dengan kecepatan tinggi, sehingga para santri horus meloncat. Tidak sedikit yang terjatuh, apalagi rata-rata santri bepergian dengan menggunakan kain sarung, bukan celana panjang.<br />
<br />
Suatu hari, ada anak yang sedang disunat naik bis antar kota dan minta diberhentikan di pesantren tersebut. Ternyata, sopir dan kondektur melayani dengan sopan.<br />
<br />
Sejak itu para santri bila minta turun di daerah itu selalu bilang, ”Tolong, Pak Sopir, ada anak disunat yang mau turun!” Tanpa periksa sopir segera berhenti, apalagi para santri semuanya pakai sarung.<br />
<br />
Lama kelamaan sopir dan kondektor keheranan, ”Aneh, di pesantren ini masak tiap hari banyak sekali orang disunat, bahkan sudah dewasa pun mengaku baru disunat?”<br />
<br />
”Makanya, Pak sopir, harap menurunkan penumpang di sini dengan semestinya, biar tidak selalu ditipu oleh orang yang mengaku disunat!” (Bregas)<br />
<br />
<i>sumber: <a href="http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/8/8602/Humor/Santri_Menjinakkan_Sopir.html">nu.or.id</a></i><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-37558186975631988122011-08-24T06:20:00.000+07:002011-08-24T06:20:46.456+07:00Mudik? Pastikan Gak Ada Yang Ketinggalan, Atau Ditilang!Mudik memang perlu persiapan khusus, dan pada saatnya pastikan semua santri membawa segala sesuatunya dengan sempurna. Jangan sampai ada yang ketinggalan, atau akan terjadi seperti pada cerita pemudik bermotor berikut ini:<a name='more'></a><br />
<br />
Seorang pria ditilang oleh pak polisi, dia serta merta protes.<br />
<br />
"Apa salah saya Pak? Saya pake helm, pake jaket, punya SIM, STNK bawa, kenapa saya di tilang?" tanyanya dengan sewot.<br />
<br />
Polisi menjawab dengan enteng: "Sebel aja gw liat lo... Muter-muter pake jaket dan pake helm dari tadi tapi nggak pake motor!!”<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>disadur dari goyangkarawang.com</i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-50395343361912999682011-08-24T06:02:00.000+07:002011-08-24T06:12:30.560+07:00Bisa Diturunin? O, bisa!Ada seorang warga Jakarta yang ingin mudik pulang kampung naik bus. Sebelumnya Tukijan pengen naik kereta api tapi tiket kereta api sudah habis.<br />
<br />
Tukijan pergi ke terminal bus kemudian melakukan negosiasi transaksi tiket bus dengan agen bus.<br />
<br />
Tukijan : "Pesan tiket tujuan Klaten, masih ada Pak ?"<a name='more'></a><br />
<br />
Agen : "Masih ada, berapa orang ?"<br />
<br />
Tukijan : "Satu saja pak! Berapa ?"<br />
<br />
Agen : "Enam ratus lima puluh ribu rupiah"<br />
<br />
Tukijan : "Waduh...mahal banget" (kata Tukijan dalam hati )<br />
<br />
Agen : "Jadi nggak tiketnya ?"<br />
<br />
Tukijan : "Bisa di turunin, Pak?"<br />
<br />
Agen : "Bisa! Pengen turun dimana ?"<br />
<br />
Tukijan : *^%*$&<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>sumber: <a href="http://komunitas.kapanlagi.com/humor/mudik-naik-bus.html">kapanlagi.com</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-17654865578222193042011-08-23T02:32:00.001+07:002012-08-18T02:07:36.820+07:00Mudik ala SelebritisTidak hanya rakyat jelata yang mengenal budaya mudik. Pejabat, artis bahkan bintang Hollywood juga mudik. Siapa saja?<br />
<br />
Artis yang selalu mudik: Mudik Koesnadi<br />
Menteri yang selalu mudik: Menko Pulkam<br />
Penyanyi yang mudik lewat Pantura: Alas Groban<a name='more'></a><br />
Ibu hamil yang mudiknya ke RS: Pecah ke Tuban<br />
Pet Detective yang menyelidiki jalur mudik: Ace Pantura<br />
Jalur mudiknya Maradona: Jogja-Sragentina<br />
Pedangdut yang mudiknya ngebor: Inul Aidin<br />
Rute mudik yang melelahkan: CikAmPEK dehh…<br />
<br />
<span style="font-size: small;"><i>sumber: <a href="http://kampungtki.com/baca/19068">http://kampungtki.com</a></i></span><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5118036830015654473.post-72683789592397065502011-08-15T14:29:00.000+07:002011-08-23T02:33:48.421+07:00Lho, Sandalnya Dimana?Masih tentang keluguan warga NU, kisah ini terjadi di gedung PBNU di Jln. Kramat Jakarta. Serombongan pengajian ibu-ibu, mencoba lift untuk naik ke lantai atas.
<br>
<br>Saat hendak masuk lift, mereka melepas sandal seperti hendak masuk ke ruangan yang berlantai suci.
<br>
<br>Ketika lift sampai di atas dan pintu terbuka, mereka panik, "Lho, sandalnya di mana?"
<br>
<br>Sumber: <a href="http://www.intisarionline.com">www.intisarionline.com</a><div class="blogger-post-footer">Tulisan ini berasal dari laman <a href="https://humor-santri.blogspot.com">Humor Santri</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0